Apa itu Sharing Economy

311

“You have to start from the point of view that no-one cares.” — Adam Gee

Masyarakat Indonesia mulai gemar menggunakan sharing economy atau ekonomi berbagi, hal ini merupakan sebuah kebiasaan yang muncul akibat perkembangan start-up yang menerapkan inovasi teknologi guna membantu memecahkan sebuah masalah di masyarakat. Dalam beberapa hal, penerapan teknologi terbukti meningkatkan efektifitas dan efisiensi pola produksi, tiap jenis pekerjaan yang hilang selalu melahirkan jenis pekerjaan baru. Di situlah letak keunikan manusia sebagai makhluk yang berakal untuk terus meningkatkan kapasitas diri dan mengembangkan kemampuannya.

Pengertian Sharing Economy

Dulu, perilaku ekonomi manusia serba ingin menguasai. Kalau mau bisnis hotel, pengen punya gedung sendiri, lengkap dengan furniturenya sesuai dengan tema yang diambil. Kalau mau bisnis transportasi, kudu punya armadanya sendiri, contohlah taksi konvensional. Dulu kalau butuh modal untuk ekspansi bisnis nyarinya susah, harus ribet sama urusan administrasi di bank. Semenjak ada JOINAN, semua orang bisa investasi dan semua bisnis bisa terpenuhi modalnya.

Teori ekonomi lama yang dipegang umat manusia dahulu yaitu “more is better” — lebih banyak itu lebih baik. Akibatnya banyak aset pribadi yang menganggur (idle capacity) karena keterbatasan tangan dan pikiran kita. Nah! Selama itu, tidak ada yang mencoba memahami bahwa apa yang “lebih” bagi sekelompok orang, berarti “kurang” untuk sebagian lain.

Akibatnya apa? Lahirlah ketimpangan, dari situ masyarakat dengan sendirinya beralih ke ekonomi berbagi “sharing economy”. Karena bagi masyarakat yang terpenting bukanlah memiliki tapi tersedianya akses terhadap barang-barang tersebut dan semangat untuk saling menghidupi.

Dampak Sharing Economy Terhadap Pelaku Ekonomi

Kalau sebelumnya pelaku bisnis diisi oleh pemain lama (incumbent) yang menguasai seluruh faktor produksi. Semenjak lahirnya start up dengan dorongan teknologi, kini semua orang dapat berkontribusi menjadi mitra sebuah bisnis atau mengembangkan bisnisnya sendiri. Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Disruption menggambarkan sebagai berikut:

“Ekonomi seperti tengah kembali ke tangan rakyat, secara langsung tanpa perantara. Terjadi gotong-royong global yang memukul semua pemain lama (incumbent).”

Contohnya sebelum pandemi, minat berwisata yang dilakukan oleh kaum muda meningkat pesat. Tiket dan akses kini mudah dicapai dengan harga yang terjangkau. Namun yang menuai keuntungan bukanlah Hilton atau hotel internasional sekelas bintang 7 eh itumah obat, bintang 5 maksudnya. Melainkan, rakyat yang memiliki kamar “nganggur” di rumahnya yang disewakan melalui sebuah aplikasi yang dapat diakses oleh seluruh manusia di dunia!

Dari sini kita melihat bahwa daya beli masyarakat bukanlah melemah, melainkan mengalami pergeseran menuju “pasar baru” yang tak terlihat pemain lama.

Dulu, investasi dianggap barang mahal karena besaran modal yang tak ramah millennial. Padahal kita tahu, banyak millennial bekerja sebagai freelancer yang seringkali tidak memiliki kepastian gaji layaknya pegawai negeri. Maka, lahirlah JOINAN yang mengusung konsep Equity Crowdfunding sehingga semua orang bisa berinvestasi pada bisnis yang ia mau, mendapatkan bagi hasil secara berkala, dan semua UMKM yang ingin mengembangkan bisnisnya juga terbantu permodalannya.

Kini pasar telah berubah, semua pemain lama terpukul oleh serangan ekonomi berbagi. Bagi yang tidak mempersiapkan diri, siap-siap kehilangan eksistensi. Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu berinovasi tanpa takut direpresi, berikan semua gagasan lahan untuk saling berkontestasi, karena sejatinya semua akan diuji oleh relevansi!

Mau berkontribusi untuk pengembangan UMKM, PDB Nasional dan upaya mewujudkan kebebasan finansialmu? Yuk mulai investasi melalui platform JOINANJOINAN adalah platform investasi berbasis urun dana atau Equity Crowdfunding. Melalui JOINAN kamu dapat memiliki saham bisnis top yang kamu inginkan dan menikmati dividen yang akan dibagikan secara berkala.

Penulis: Mira Ayu Dwi Cahyani