Di dunia ini tipe investor dapat dibedakan melalui profil risikonya. Profil risiko sangat berpengaruh terhadap produk dan jenis investasi yang akan dipilih.
Profil risiko merupakan tingkat kemampuan seorang investor menerima risiko dalam berinvestasi.
Tiap instrumen investasi yang kamu pilih memiliki tingkat risiko berbeda-beda, tidak semua tingkat risiko ini dapat ditolerir oleh sang investor.
Itulah sebabnya penting untuk mengetahui profil risiko pribadi sebelum mulai investasi. Terdapat beberapa faktor penentuan profil risiko, berikut ulasannya!
Faktor Penentuan Jenis Profil Risiko
Usia
Orang berusia muda cenderung mampu menerima risiko lebih besar, sedangkan orang yang memasuki masa pensiun lebih cocok dengan risiko kecil dan lebih stabil.
Tanggungan
Investor pada masa awal karir mampu mengambil risiko lebih besar dibanding sudah berkeluarga dengan tanggungan lainnya seperti tanggungan untuk orang tua yang telah pensiun, atau biaya pendidikan anak.
Pendapatan
Bila kamu memiliki pendapatan tak terprediksi seperti freelancer, kemampuan kamu dalam menangani risiko dalam berinvestasi akan lebih rendah dibanding dengan yang berpendapatan tetap.
Tapi, bila freelancer memiliki tabungan yang cukup, tidak menutup kemungkinan bahwa ia mampu menolerir risiko lebih tinggi.
Pengetahuan
Warren Buffet pernah berkata, “Risk comes from not knowing what you’re doing.” Pengetahuan akan jenis investasi akan banyak menolongmu untuk mempersiapkan diri seumpama menghadapi risiko dalam berinvestasi.
Nah, itulah beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan profil risikomu. Terdapat 3 jenis profil risiko, mari kita bahas ketiganya.
Jenis-Jenis Profil Risiko
Konservatif
- Orang dengan profil risiko ini minim toleransi terhadap risiko investasi yang berkemungkinan terjadi.
- Investor tipe ini memerlukan investasi yang stabil dengan risiko rendah meski memiliki returnnya rendah juga.
- Investor berprofil risiko konservatif cocok berinvestasi reksadana pendapatan tetap.
Moderat
- Orang dengan profil risiko ini memiliki tingkat toleransi menengah terhadap risiko investasi.
- Tipe ini sudah siap menerima risiko bila terjadi kerugian dan mampu mendiversifikasikan investasinya ke dalam berbagai produk investasi. Tujuannya untuk mendapatkan return yang lebih banyak dan meminimalisir risiko.
- Instrumen investasi yang cocok untuk tipe moderat yaitu reksadana campuran, obligasi, dan sedikit saham.
Agresif
- Orang dengan profil risiko agresif sangat bisa menerima risiko yang mungkin terjadi dalam berinvestasi.
- Tipe investor ini melihat naik-turunnya harga saham sebagai peluang untuk menjual atau membeli saham.
- Investor tipe agresif biasanya sudah memiliki tujuan finansial matang dan cukup panjang, sehingga segalanya telah dipersiapkan dan memiliki modal khusus hanya untuk berinvestasi.
- Tidak takut risiko tinggi karena telah menakar diri demi mendapatkan return tinggi.
- Cocok untuk berinvestasi pada saham, properti, atau forex.
Nah, melalui ciri di atas kamu dapat menyesuaikan diri dengan profil risiko yang tepat untuk memilih instrumen investasi. Hal ini mengingat tiap instrumen investasi memiliki beragam risiko berinvestasi.
Yuk kita bahas ragam risiko investasi!
Risiko dalam Berinvestasi
Suku Bunga
Terjadi akibat perubahan suku bunga di pasar sehingga mempengaruhi pendapatan investasi. Misalnya, pinjaman atau obligasi akan memburuk bila peningkatan suku bunga.
Pasar
Yaitu naik turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) akibat perubahan sentimen pasar uang (seperti saham & obligasi), tidak bisa dihindari & pasti akan selalu dialami investor. Contohnya: Berita perpanjang PSBB membuat IHSG turun/terkoreksi.
Apa yang dapat dilakukan? Tidak perlu terburu-buru menarik dana karena tidak terjadi terus menerus.
Likuiditas
Yaitu kesulitan menyediakan uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Misalnya: Satu pihak kesulitan membayar kewajiban yang jatuh tempo, aset pihak tersebut akan dikonversikan menjadi uang tunai namun memerlukan waktu pencairannya sehingga tidak likuid.
Valas atau Nilai Tukar Mata Uang
Yaitu berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Contohnya: menguatnya mata uang US$ berakibat buruk terhadap rupiah, karena saat kita berinvestasi yang mengharuskan menggunakan matau uang US$ itu artinya uang rupiah yang kita miliki harus lebih banyak di keluarkan.
Negara
Yaitu pengaruh perpolitikan negara. Bisa juga karena perubahan ketentuan perundang-undangan yang berdampak pada ekonomi dan iklim investasi.
Reinvestasi
Yaitu kemungkinan bahwa arus kas investasi menghasilkan hasil yang lebih rendah setelah diinvestasikan kembali ke instrumen investasi yang baru.
Baca juga: Mudah banget! cara dan tips investasi emas khusus pemula
Penulis: Mira Ayu Dwi Cahyani